Kamis, 23 Oktober 2014

METODE PELATIHAN

Metode pelatihan dapat dikelompokkan dalam tiga cara : presentasi informasi, metode simulasi, dan pelatihan on-the job (OJT). 


Ø  Metode Presentasi Informasi
Metode ini di mana peserta pelatihan menjadi penerima informasi yang pasif.  Diantaranya:
A.    Pendekatan Kognitif
1.      Metode Ceramah
Ceramah melibatkan trainer berkomunikasi melalui kata-kata lisan dengan peserta pelatihan. Metode ceramah ini salah satu cara yang paling murah, dan hemat waktu untuk mempresentasikan informasi yang sangat banyak secara efisien dalam cara yang terorganisasi. Format ceramah berguna karena mudah digunakan dengan peserta pelatihan dalam jumlah besar. Di samping itu, metode ceramah juga digunakan untuk mendukung metode pelatihan yang lain seperti pemodelan perilaku dan teknik berbasis-teknologi. Misalnya, metode ceramah mungkin digunakan untuk mengkomunikasikan informasi mengenai tujuan program pelatihan, model konseptual, atau perilaku utama kepada peserta pelatihan sebelum mereka menerima pelatihan yang interaktif dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik.
Ada beberapa variasi metode ceramah diantaranya:
Ceramah Standar : Trainer berbicara ketika menyimak dan menyerap informasi.
Team Teaching : Dua trainer atau lebih mempresentasikan menyajikan topic yang berbeda atau pandangan alternatif mengenai topic yang sama.
Guest Speaker : Pembicara mengunjungi sesi untuk periode waktu yang ditetapkan sebelumnya.
Panel : Dua pembicara atau lebih mempresentasikan informasi dan mengajukan pertanyaan.
Presentasi Siswa : Kelompok peserta pelatihan mempresentasikan topic ke kelas.
Ada beberapa kelemahan metode ceramah yaitu :
-          cenderung kurang melibatkan peserta, umpan balik, dan hubungan yang bermakna dengan lingkungan kerja-semuanya menghambat pembelajaran dan transfer pelatihan.
-          Tidak banyak melibatkan panca indera peserta pelatihan
-          Mempersulit trainer membuat penilaian secara cepat dan efisien tingkat pemahaman pembelajar.

2.      Metode Demontrasi
Suatu demonstrasi menunjukkan dan merencanakan bagaimana suatu pekerjaan atau bagaimana sesuatu itu dikerjakan. Metode ini melibatkan penguraian dan memeragakan sesuatu melalui contoh-contoh. Metode ini sangat mudah bagi manajer dalam mengajarkan pegawai baru mengenai aktivitas nyata melaui suatu tahap perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai mengerjakan pekerjaan yang ia kerjakan. Metode ini sangat efektif, karena lebih mudah menunjukkan kepada peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan dengan alat Bantu belajar seperti : gambar-gambar, teks materi, ceramah, diskusi.

3.      Metode Diskusi/Konferensi
Metode diskusi melibatkan trainer berkomunikasi dua arah dengan peserta pelatihan, dan peserta pelatihan berkomunikasi satu sama lain. Karena partisipasi aktif didorong, metode diskusi memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan kesempatan untuk memperoleh umpan balik, klarifikasi dan berbagai sudut pandang. Trainer harus bertindak sebagai penjaga gawang, memberi kesempatan kepada setiap orang  untuk mengungkapkan sudut pandangnya, tidak membiarkan diskusi didominasi oleh beberapa orang.

4.      Computer based training
CBT atau singkatan dari Computer Based Training merupakan merupakan media komunikasi berbasis CD/LAN/WEB Interactive yang dibuat sebagai alat pelatihan dan sangat informatif dan praktis, karena selain diisi dengan materi-materi tentang perusahaan, CBT bisa memuat games/quiz sebagai aspek hiburan terhadap karyawan perusahaan. karena berbasis CD/LAN/Web, CBT dengan mudah terhubung dengan jaringan internal sehingga cakupan informasi dapat dicapai secara keseluruhan office. Penggunaan CBT dapat menekan biaya training staf oleh management, selain juga staf yang bersangkutan bisa menyelesai training dimana saja dan kapan saja secara lebih flexibel. Sebuah system CBT  terdiri dari system/ platform/ software dan modul-modul pembelajaran multimedia. System/ platform dan modul-modul ini diinstalasi pada sebuah komputer server, yang bisa diakses di komputer-komputer klien di seluruh jaringan intranet perusahaan.[1]

B.     Pendekatan perilaku (behavioral approach)
1.      Behavior modeling
Banyak hal yang kita pelajari diperoleh dari hasil mengamati orang lain. Kita akan meniru tindakan orang lain ketika mereka membawa pada hasil yang dikehendaki (misalnya, promosi, peningkatan penjualan). Seorang model adalah seseorang yang dipandang kompeten, bertenaga dan bersahabat, serta memiliki status yang tinggi dalam organisasi. Modeling perilaku cenderung meningkat ketika model dihargai atas perilakunya dan ketika penghargaanya (seperti pengaruh, gaji) merupakan hal-hal yang ingin dimiliki oleh peniru. Dalam konteks pelatihan, kita berusaha memaksimumkan peserta mengidentifikasikan model, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a.       Model sebaiknya sama dengan usia, jenis kelamin, dan suku pengamat. Jika kesamaan antara dirinya dan model terlihat sedikit, kecil kemungkinan dia meniru perilaku model.
b.      Soroti perilaku yang hendak dijadikan contoh secara jelas dan mendetail. Untuk memfokuskan perhatian peserta pada perilaku spesifik yang hendak ditiru, beri daftar perilaku utama untuk diperhatikan ketika mengamati model dan biarkan mereka mengungkapkan perilaku dalam bahasa yang paling nyaman bagi mereka.
c.       Urutkan perilaku yang hendak dijadikan model dari yang paling mudah sampai paling sulit, dan yakinkan bahwa peserta pelatihan mengamati banyak pengulangan dan perilaku yang dijadikan model.
d.      Akhirnya, miliki beberapa model yang mendemontrasikan perilaku yang dikehendaki, bukan hanya satu.
Riset menunjukkan bahwa behavior modeling merupakan salah satu teknik paling efektif untuk mengajarkan keterampilan interpersonal. Tiap sesi pelatihan, yang secara khusus berlangsung empat jam, berfokus pada satu keterampilan interpersonal, seperti coaching (pembinaan) atau mengkomunikasikan gagasan.

2.      Business games (Permainan Peran) dan Simulasi
Business games atau permainan bisnis dimaksudkan untuk mengembangkan atau memperhalus keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Akan tetapi, teknik ini cenderung lebih memfokuskan pada keputusan manajemen bisnis.
Permainan bisnis dan simulasi digunakan oleh trainer sebagai latihan belajar, dan sebagai alat pemecahan masalah dan evaluasi. Berikut ini adalah penerapannya:
a.       Permainan bisnis dan simulasi khusus untuk pengajaran keterampilan pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
b.      Simulasi menyediakan sarana yang efektif untuk belajar.
c.       Permainan bisnis dan simulasi sering digunakan untuk mengembangkan kesadaran dan pemahaman khusus mengenai elemen dan sistem yang membentuk keutuhan. Adalah “bukan sekedar pohon, tetapi hutan” yang menarik tren pengembangan manajemen baru-baru ini.
d.      Simulasi digunakan juga untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah yang sebenarnya bagi organisasi dalam proses pengajaran.
e.       Di samping pengajaran, permainan bisnis dan simulasi digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai kekuatan dan kelemahan seorang individu (Keiser dan Seeler, 1987:464).

3.      Case studies (studi kasus)
Metode studi kasus membantu peserta pelatihan mempelajari keterampilan analisis dan pemecahan masalah dengan menyajikan cerita (kasus) mengenai orang dalam organisasi yang menghadapi masalah atau keputusan.
Meskipun kasus bervariasi dari segi kompleksitas dan rinciannya, peserta pelatihan seharusnya diberi informasi yang cukup untuk menganalisis situasi dan menyarankan solusinya sendiri.
Dalam metode ini, instrukstur bertindak sebagai katalis dan fasilitator yang seharusnya mendorong sudut pandang yang beragam, menggagas diskusi tentang topic yang luput dari pengamatan manajer dan sepenuhnya siap/siaga. Dalam mengunakan metode ini, instruktur harus menjaga dirinya agar tidak mendominasi diskusi, tidak membiarkan beberapa orang mendominasi diskusi dan tidak mengarahkan diskusi menuju solusi yang dikehendakinya.

4.      In basket technique (Teknik in basket)
Teknik In-Basket digunakan untuk melatih kandidat manajerial dengan meminta mereka bertindak atas dasar aneka memo, laporan, dan surat menyurat lain yang secara khusus ditemukan dalam keranjang manajemen. Sasaran teknik ini adalah menilai kemampuan peserta pelatihan menetapkan prioritas, merencanakan, mengumpulkan informasiyang relevan dan membuat keputusan.
Urutan kejadian yang terdapat dalam latihan in-basket secara khusus mencakup hal-hal berikut:
-          Peserta pelatihan diberitahu bahwa merekadi dipromosikan ke posisi manajemen yang tiba-tiba kosong
-          Peserta pelatihan menerima isi yang ada di dalam keranjang manajer.
-          Peserta pelatihan kemudian diminta membaca membaca, mengorganisasi, memprioritaskan dan membuat keputusan mengenai isu-isu yang disajikan.

5.      Role plays (Bermain Peran)
Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para karyawan (peserta latihan) untuk memainkan berbagai peran yang berbeda. Peserta ditugaskan untuk memerankan individu tertentu yang digambarkan dalam suatu episode dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya. Dalam hal ini tidak ada naskah yang mengatur pembicaraan dan perilaku. Efektivitas metode ini sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk memainkan peranan (sedapat mungkin sesuai dengan realitas) yang ditugaskan kepadanya. Teknik role playing dapat mengubah sikap peserta, seperti missal menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual dan mengembangkan keterampilan-keterampilan antar pribadi (interpersonal skills).


Sabtu, 18 Oktober 2014

MODEL-MODEL PELATIHAN

MODEL-MODEL PELATIHAN


Manajemen Diklat
13 oktober 2014   
Rangkuman Perkuliahan       

           Pelatihan adalah proses transformasi yang memerlukan beberapa masukan dan pada gilirannya menghasilkan output berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap (pemenuhan persyaratan). Model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan pelatihan yang didalamnya terdapat program pelatihan dan tata cara pelaksanaannya. Berdasarkan kategori dan jenis pelatihan lalu ditentukan suatu model pelatihan.

            Model pelatihan adalah pelaksanaan pelatihan yang terdapat program pelatihan dan tata cara pelaksanaannya. Kemudian di dasarkan pada kategori dan jenis pelatihan lalu ditentukan suatu model pelatihan. Biasanya dalam pelatihan itu sendiri terdapat model-model yang sering di gunakan organisasi dan perusahaan untuk melath para angota organisasi atau karyawannya.
Ada 3 model pelatihan yang sering digunakan yaitu sebagai berikut :

1.    Model Sistem

            Model sistem merupakan pelatihan yang mendeskripsikan pelatihan sebagi suatu system dimana komponen-komponen saling terkait satusama lain. Bentuk pelatihan ini diupayakan dari awal tidak terjadi kesalahan, agar pada tahap akhir dapat dipastikan tujuan dari model pelatihan ini berhasil.
Model sistem terdiri dari lima tahap.Itu harus diulang secara teratur untuk melakukan perbaikan lebih lanjut.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1)          Analisis dan identifikasi:
      Menganalisis dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yaitu untuk menganalisis departemen, pekerjaan, kebutuhan karyawan, yang membutuhkan pelatihan, apa yang mereka butuhkan untuk belajar, memperkirakan biaya pelatihan, dan lain-lain. Langkah berikutnya adalah untuk mengembangkan ukuran kinerja atas dasar yang akandilakukan evaluasi kinerja aktual.

2)          Merancang:
      Desain dan memberikan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Langkah ini mengharuskan pengembangan tujuan pelatihan,mengidentifikasi langkah belajar, sequencing dan penataan isi.

3)          Mengembangkan:
      Fase ini membutuhkan daftar kegiatan dalam program pelatihan yang akan membantu para peserta untuk belajar, memilih metode pengiriman, memeriksa  materi pelatihan dan memvalidasi informasi akan diberikan untuk memastikan  semua tujuan dan sasaran.

4)          Penerapan:
      Menerapkan adalah bagian tersulit dari sistem karena satu langkah yang salah dapat menyebabkan kegagalan program pelatihan.

5)          Evaluasi
      Mengevaluasi setiap fase sehingga untuk memastikan itu telah mencapai tujuannya dalam hal kinerja pekerjaan berikutnya. Membuat perubahan yang diperlukan untuksalah satu tahap sebelumnya untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek kegagalan.


2.       Model Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional system development model)

            Model pengembangan sistem instruksional dibuat untuk menjawab masalah pelatihan. Model ini banyak digunakan sekarang dalam organisasi karena berkaitan dengan kebutuhan pelatihan terhadap kinerja kerja. Tujuan pelatihan didefinisikan berdasarkan tanggung jawab pekerjaan dan deskripsi pekerjaan dan atas dasar tujuan pasti kemajuan individu diukur.

            Model ini juga membantu dalam menentukan dan mengembangkan strategi yang menguntungkan, mengurutkan konten, dan memberikan media jenis tujuan pelatihan yang ingin dicapai.
Instructional system development model terdiri dari lima tahap:

1)          Analisis:
          Fase ini terdiri dari pelatihan penilaian kebutuhan, analisis jabatan, dan analisis target audiens.

2)          Perencanaan:
          Fase ini terdiri dari menetapkan tujuan dari hasil pembelajaran, tujuan instruksional yang mengukur perilaku peserta setelah pelatihan, jenis bahan pelatihan, pemilihan media, metode mengevaluasi peserta pelatihan, pelatih dan program pelatihan, strategi untuk memberikan pengetahuan yaitu, seleksi isi, urutan konten, dan lain-lain.

3)          Pengembangan:
          Fase ini berarti keputusan desain ke dalam materi pelatihan. Ini terdiri dari mengembangkan materi kursus untuk pelatih termasuk handout, buku kerja, alat peraga, alat peraga demonstrasi, dll materi kuliah untuk trainee termasuk handout ringkasan.

4)          Eksekusi:
          Fase ini berfokus pada pengaturan logistik, seperti mengatur speaker, peralatan ini, bangku, podium, fasilitas makanan, pendinginan, pencahayaan, parkir, dan aksesoris pelatihan lainnya.

5)          Evaluasi
          Tujuan dari tahap ini adalah untuk memastikan bahwa program pelatihan telah mencapai tujuannya dalam hal kinerja kerja berikutnya. Fase ini terdiri dari mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan membuat perubahan yang diperlukan untuk setiap tahap sebelumnya dalam rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik kegagalan.

      Model ISD merupakan proses yang berkesinambungan yang berlangsung sepanjang program pelatihan. Hal ini juga menyoroti bahwa umpan balik merupakan fase penting di seluruh program pelatihan seluruh. Dalam model ini, output dari satu fase merupakan input untuk tahap berikutnya.

3. Model Transisional


Model transisi berfokus pada organisasi secara keseluruhan.


ü  Visi
            “Fokus pada satu titik bahwa organisasi bertujuan untuk mencapai sesuatu setelah waktu   tertentu.”
            Pernyataan visi memberitahu di mana organisasi melihat dirinya beberapa tahun ke depan. Visi     mungkin termasuk pengaturan panutan, atau membawa beberapa transformasi internal atau bertemu dengan beberapa tenggat waktu lainnya.

ü  Misi
“Menjelaskan keberadaan organisasi. Menunjukkan posisi dalam masyarakat.”
Alasan untuk mengembangkan pernyataan misi adalah untuk memotivasi, menginspirasi, dan menginformasikan karyawan tentang organisasi. Pernyataan misi menceritakan bagaimana organisasi ingin dilihat oleh pelanggan, karyawan, dan semua pemangku kepentingan lainnya.

ü  Nilai
Nilai merupakan terjemahan dari visi dan misi menjadi cita-cita menular. Hal ini mencerminkan nilai-nilai yang dipegang teguh organisasi dan independen dari lingkungan industri saat ini. Misalnya, nilai-nilai dapat mencakup tanggung jawab sosial, layanan pelanggan yang sangat baik dan lain-lain.



            Misi, visi dan nilai-nilai mendahului tujuan di dalam loop/ lingkaran. Model ini menganggap organisasi secara keseluruhan. Tujuannya adalah menjaga tiga hal dalam pikiran sampai model pelatihan selanjutnya dilaksanakan.

Sabtu, 11 Oktober 2014

PENTINGNYA PELATIHAN (IMPORTANCE OF TRAINING)

PENTINGNYA PELATIHAN (IMPORTANCE OF TRAINING)


Kelompok 4

FANDI AL GAMA
1445125561
GEMA HAFIDZ
1445121180
MADE ANGGA P
1445120036
MUHAMMAD RIYADI
1445121179
PANGIHUTAN JONATHAN
1445125834


A.      Kaitan Pelatihan dengan Manajemen SDM.

Dalam Manajemen SDM, pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk mengetahui:
       Bagaimana sistematika pengembangan program pelatihan dan pendidikan.
       Bagaimana mengukur kaitan pelatihan dan pendidikan dengan pekerjaan pegawai.
       Seberapa jauh pengaruh hasil pelatihan berhubungan dengan area Pekerjaan pegawai.
       Bagaimana mengukur pelatihan pegawai dengan kategori pekerjaan.
Program pelatihan (training) bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya siap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang

B. Peran Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan yang direncanakan sesuai dengan analisis kebutuhan akan dapat menghasilkan tenaga-tenaga SDM yang handal. Oleh karena itu peranan pendidikan dan pelatihan adalah hal yang penting bagi setiap organisasi, di lain pihak, dengan adanya pendidikan dan pelatihan juga akan dapat meningkatkan kinerja pegawai

Training atau pelatihan atau Learning adalah kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan baik dalam kelas maupun diluar kelas pada seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk menghilangkan GAP atau perbedaan antara kemampuan yang sekarang dimiliki dengan kemampuan standard yang ditetapkan

C.             Secara umum analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor apa saja yang ada di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan menjadi meningkat.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data akurat tentang apakah ada kebutuhan untuk menyelenggarakan pelatihan.

Selain itu dengan analisis kebutuhan pelatihan maka pihak penyelenggara pelatihan (HRD atau Diklat) dapat memperkirakan manfaat-manfaat apa saja yang bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi peserta pelatihan sebagai individu maupun bagi perusahaan.

"Kebijakan Pajak Dalam Bidang Pendidikan"


Pertemuan Ke 5
MANAJEMEN KEUANGAN 
"Kebijakan Pajak Dalam Bidang Pendidikan"


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang —sehingga dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Dasar Hukum

·               Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang tetap dinamakan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.
·                      Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.
·                     Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

·                     Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006.

·                     Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak.

·                      Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Bersifat Strategisyang Dibebaskan dari Pengenaan PPN beberapa kali diubah terakhir Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007.
  
Macam-macam pajak

1. Pajak Penghasilan (PPh) 
Undang-undang No.7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 Januari 1984.Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000.Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi maupun badan.Undang-undang PPh mengatur subjek pajak,objek pajak, serta cara menghitung dan cara melunasi pajak yang terutang. Undang-Undang PPh juga lebih memberikan fasilitas kemudahan dan keringanan bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.Undang-undang PPh mengatur asas materil artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak. 
Wajib Pajak PPh pasal 21 :
·                     Pejabat Negara
·                     Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah, dan PNS lainnya yang diterapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam UU Nomer 8 tahun 1974.
·                     Pegawai
·                     Pegawai tetap
·                     Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri
·                     Tenaga lepas
·                     Penerima pensiun 
·                     Penerima Honorium
·                     Penerima Upah
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 


Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan di masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan Negara, mendorong ekspor dan pemerataan pembebanan pajak.


3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)

Definisikan barang mewah disini ialah barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok, dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dikonsumsi untuk menunjukkan status, dan Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat. Dengan kata lain, tidak semua orang akan kena pajak yang satu ini, hanya orang-orang tertentu saja.

Pengaturan pajak berdasarkan PPh 21
Pengaturan pajak harus berdasarkan pada Undang- undang, Januari 2013 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah. Pada Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Soal Perhitungan PPh pasal 21
Fandi Al Gama bekerja di PT. Indonesia Peduli sebagai karyawan  sejak.  Ia setiap bulannya mendapatkan penghasilan sebesar Rp 7.000.000. Berikut keterangannya: 

·                     Gaji Pokok                       : Rp 15.000.000
·                     Tunjangan Transportasi  : Rp 1.500.000
·                     Tunjangan Makan            : Rp. 1.800.000
·                     Tunjangan fasilitas          : Rp. 2.500.000
·                     Tunjangan kesehatan     : Rp. 1.200.000
·                     Tunjangan jabatan          : Rp. 1.000.000
·                     Pensiun                  : 5 %
·                     Kecelakaan             : 2 %
·                     Keselamatan kerja : 2 %

Maka hitunglah PPh pasal 21 ? 
·                     Gaji Pokok                                                                 Rp 15.000.000
·                     Tunjangan Transportasi                                           Rp   1.500.000
·                     Tunjangan Makan                                                           Rp  1.800.000
·                     Tunjangan Fasilitas                                                        Rp  2.500.000
·                     Tunjangan kesehatan                                                     Rp  1.200.000
·                     Tunjangan jabatan                                                      Rp 1.000.000(+)
                                                                                                 Rp 23.000.000
Premi-Premi:
·                     Pensiun:      5% x 15.000.000 =   Rp 750.000
·                     Kecelakaan:  2% x 15.000.000 = Rp 300.000
·                     K. kerja: 2% x 15.000.000 =         Rp   70.000 (+)
                                                                                                 Rp   1.350.000 (-)
                                                                                                 Rp 21.650.000

Penghasilan Netto setahun:
Rp 21.650.000 x 12 =  Rp 259.800.000

PTKP:
WP:                             Rp   24.300.000
I:                                      Rp     2.025.000
K:                                Rp     2.025.000
K2:                              Rp     2.025.000  (-)
                                    Rp   30.375.000 (PKP)

PKP  259.800.000
            30.375.000
           229.428.000
                                 
PPh pasal 21 :
5%   x Rp   50.000.000 = Rp  2.500.000
15% x Rp 179.428.000 = Rp 26.914.200 (+)
                                          Rp 29.414.200

Rp 29.414.200 : 12 = Rp 2.451.183,33/bulan