Kamis, 23 Oktober 2014

METODE PELATIHAN

Metode pelatihan dapat dikelompokkan dalam tiga cara : presentasi informasi, metode simulasi, dan pelatihan on-the job (OJT). 


Ø  Metode Presentasi Informasi
Metode ini di mana peserta pelatihan menjadi penerima informasi yang pasif.  Diantaranya:
A.    Pendekatan Kognitif
1.      Metode Ceramah
Ceramah melibatkan trainer berkomunikasi melalui kata-kata lisan dengan peserta pelatihan. Metode ceramah ini salah satu cara yang paling murah, dan hemat waktu untuk mempresentasikan informasi yang sangat banyak secara efisien dalam cara yang terorganisasi. Format ceramah berguna karena mudah digunakan dengan peserta pelatihan dalam jumlah besar. Di samping itu, metode ceramah juga digunakan untuk mendukung metode pelatihan yang lain seperti pemodelan perilaku dan teknik berbasis-teknologi. Misalnya, metode ceramah mungkin digunakan untuk mengkomunikasikan informasi mengenai tujuan program pelatihan, model konseptual, atau perilaku utama kepada peserta pelatihan sebelum mereka menerima pelatihan yang interaktif dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik.
Ada beberapa variasi metode ceramah diantaranya:
Ceramah Standar : Trainer berbicara ketika menyimak dan menyerap informasi.
Team Teaching : Dua trainer atau lebih mempresentasikan menyajikan topic yang berbeda atau pandangan alternatif mengenai topic yang sama.
Guest Speaker : Pembicara mengunjungi sesi untuk periode waktu yang ditetapkan sebelumnya.
Panel : Dua pembicara atau lebih mempresentasikan informasi dan mengajukan pertanyaan.
Presentasi Siswa : Kelompok peserta pelatihan mempresentasikan topic ke kelas.
Ada beberapa kelemahan metode ceramah yaitu :
-          cenderung kurang melibatkan peserta, umpan balik, dan hubungan yang bermakna dengan lingkungan kerja-semuanya menghambat pembelajaran dan transfer pelatihan.
-          Tidak banyak melibatkan panca indera peserta pelatihan
-          Mempersulit trainer membuat penilaian secara cepat dan efisien tingkat pemahaman pembelajar.

2.      Metode Demontrasi
Suatu demonstrasi menunjukkan dan merencanakan bagaimana suatu pekerjaan atau bagaimana sesuatu itu dikerjakan. Metode ini melibatkan penguraian dan memeragakan sesuatu melalui contoh-contoh. Metode ini sangat mudah bagi manajer dalam mengajarkan pegawai baru mengenai aktivitas nyata melaui suatu tahap perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai mengerjakan pekerjaan yang ia kerjakan. Metode ini sangat efektif, karena lebih mudah menunjukkan kepada peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan dengan alat Bantu belajar seperti : gambar-gambar, teks materi, ceramah, diskusi.

3.      Metode Diskusi/Konferensi
Metode diskusi melibatkan trainer berkomunikasi dua arah dengan peserta pelatihan, dan peserta pelatihan berkomunikasi satu sama lain. Karena partisipasi aktif didorong, metode diskusi memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan kesempatan untuk memperoleh umpan balik, klarifikasi dan berbagai sudut pandang. Trainer harus bertindak sebagai penjaga gawang, memberi kesempatan kepada setiap orang  untuk mengungkapkan sudut pandangnya, tidak membiarkan diskusi didominasi oleh beberapa orang.

4.      Computer based training
CBT atau singkatan dari Computer Based Training merupakan merupakan media komunikasi berbasis CD/LAN/WEB Interactive yang dibuat sebagai alat pelatihan dan sangat informatif dan praktis, karena selain diisi dengan materi-materi tentang perusahaan, CBT bisa memuat games/quiz sebagai aspek hiburan terhadap karyawan perusahaan. karena berbasis CD/LAN/Web, CBT dengan mudah terhubung dengan jaringan internal sehingga cakupan informasi dapat dicapai secara keseluruhan office. Penggunaan CBT dapat menekan biaya training staf oleh management, selain juga staf yang bersangkutan bisa menyelesai training dimana saja dan kapan saja secara lebih flexibel. Sebuah system CBT  terdiri dari system/ platform/ software dan modul-modul pembelajaran multimedia. System/ platform dan modul-modul ini diinstalasi pada sebuah komputer server, yang bisa diakses di komputer-komputer klien di seluruh jaringan intranet perusahaan.[1]

B.     Pendekatan perilaku (behavioral approach)
1.      Behavior modeling
Banyak hal yang kita pelajari diperoleh dari hasil mengamati orang lain. Kita akan meniru tindakan orang lain ketika mereka membawa pada hasil yang dikehendaki (misalnya, promosi, peningkatan penjualan). Seorang model adalah seseorang yang dipandang kompeten, bertenaga dan bersahabat, serta memiliki status yang tinggi dalam organisasi. Modeling perilaku cenderung meningkat ketika model dihargai atas perilakunya dan ketika penghargaanya (seperti pengaruh, gaji) merupakan hal-hal yang ingin dimiliki oleh peniru. Dalam konteks pelatihan, kita berusaha memaksimumkan peserta mengidentifikasikan model, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a.       Model sebaiknya sama dengan usia, jenis kelamin, dan suku pengamat. Jika kesamaan antara dirinya dan model terlihat sedikit, kecil kemungkinan dia meniru perilaku model.
b.      Soroti perilaku yang hendak dijadikan contoh secara jelas dan mendetail. Untuk memfokuskan perhatian peserta pada perilaku spesifik yang hendak ditiru, beri daftar perilaku utama untuk diperhatikan ketika mengamati model dan biarkan mereka mengungkapkan perilaku dalam bahasa yang paling nyaman bagi mereka.
c.       Urutkan perilaku yang hendak dijadikan model dari yang paling mudah sampai paling sulit, dan yakinkan bahwa peserta pelatihan mengamati banyak pengulangan dan perilaku yang dijadikan model.
d.      Akhirnya, miliki beberapa model yang mendemontrasikan perilaku yang dikehendaki, bukan hanya satu.
Riset menunjukkan bahwa behavior modeling merupakan salah satu teknik paling efektif untuk mengajarkan keterampilan interpersonal. Tiap sesi pelatihan, yang secara khusus berlangsung empat jam, berfokus pada satu keterampilan interpersonal, seperti coaching (pembinaan) atau mengkomunikasikan gagasan.

2.      Business games (Permainan Peran) dan Simulasi
Business games atau permainan bisnis dimaksudkan untuk mengembangkan atau memperhalus keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Akan tetapi, teknik ini cenderung lebih memfokuskan pada keputusan manajemen bisnis.
Permainan bisnis dan simulasi digunakan oleh trainer sebagai latihan belajar, dan sebagai alat pemecahan masalah dan evaluasi. Berikut ini adalah penerapannya:
a.       Permainan bisnis dan simulasi khusus untuk pengajaran keterampilan pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
b.      Simulasi menyediakan sarana yang efektif untuk belajar.
c.       Permainan bisnis dan simulasi sering digunakan untuk mengembangkan kesadaran dan pemahaman khusus mengenai elemen dan sistem yang membentuk keutuhan. Adalah “bukan sekedar pohon, tetapi hutan” yang menarik tren pengembangan manajemen baru-baru ini.
d.      Simulasi digunakan juga untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah yang sebenarnya bagi organisasi dalam proses pengajaran.
e.       Di samping pengajaran, permainan bisnis dan simulasi digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai kekuatan dan kelemahan seorang individu (Keiser dan Seeler, 1987:464).

3.      Case studies (studi kasus)
Metode studi kasus membantu peserta pelatihan mempelajari keterampilan analisis dan pemecahan masalah dengan menyajikan cerita (kasus) mengenai orang dalam organisasi yang menghadapi masalah atau keputusan.
Meskipun kasus bervariasi dari segi kompleksitas dan rinciannya, peserta pelatihan seharusnya diberi informasi yang cukup untuk menganalisis situasi dan menyarankan solusinya sendiri.
Dalam metode ini, instrukstur bertindak sebagai katalis dan fasilitator yang seharusnya mendorong sudut pandang yang beragam, menggagas diskusi tentang topic yang luput dari pengamatan manajer dan sepenuhnya siap/siaga. Dalam mengunakan metode ini, instruktur harus menjaga dirinya agar tidak mendominasi diskusi, tidak membiarkan beberapa orang mendominasi diskusi dan tidak mengarahkan diskusi menuju solusi yang dikehendakinya.

4.      In basket technique (Teknik in basket)
Teknik In-Basket digunakan untuk melatih kandidat manajerial dengan meminta mereka bertindak atas dasar aneka memo, laporan, dan surat menyurat lain yang secara khusus ditemukan dalam keranjang manajemen. Sasaran teknik ini adalah menilai kemampuan peserta pelatihan menetapkan prioritas, merencanakan, mengumpulkan informasiyang relevan dan membuat keputusan.
Urutan kejadian yang terdapat dalam latihan in-basket secara khusus mencakup hal-hal berikut:
-          Peserta pelatihan diberitahu bahwa merekadi dipromosikan ke posisi manajemen yang tiba-tiba kosong
-          Peserta pelatihan menerima isi yang ada di dalam keranjang manajer.
-          Peserta pelatihan kemudian diminta membaca membaca, mengorganisasi, memprioritaskan dan membuat keputusan mengenai isu-isu yang disajikan.

5.      Role plays (Bermain Peran)
Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para karyawan (peserta latihan) untuk memainkan berbagai peran yang berbeda. Peserta ditugaskan untuk memerankan individu tertentu yang digambarkan dalam suatu episode dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya. Dalam hal ini tidak ada naskah yang mengatur pembicaraan dan perilaku. Efektivitas metode ini sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk memainkan peranan (sedapat mungkin sesuai dengan realitas) yang ditugaskan kepadanya. Teknik role playing dapat mengubah sikap peserta, seperti missal menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual dan mengembangkan keterampilan-keterampilan antar pribadi (interpersonal skills).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar